Organisasi merupakan sebuah wadah yang kompleks untuk setiap anggotanya dalam berkomunikasi dan bersosialisasi. Jalannya roda kepengurusan dalam organisasi juga melibatkan peran aktiv anggotanya sendiri untuk mempertahankan supaya organisasinya tetap bisa eksis. Hampir setiap organisasi selalu melakukan pembaharuan dalam struktur kepengurusan supaya organisasi nya bisa tetap eksis. Periode demi periode kepengurusan selalu membawa sebuah harapan baru untuk kemajuan yang lebih baik dari periode sebelumnya.
Apa yang sebenarnya menjadi kendala dalam setiap organisasi untuk terus berkembang? Mungkin sebuah pertanyaan yang cukup sederhana, tapi dapat menimbulkan banyak pendapat dan argument yang berbeda pula. Masalah klasik yang sering timbul dan menjadi kekhawatiran dalam setiap organisasi pada umumnya adalah masalah regenerasi. Tidak dapat dipungkiri, bahwa tanpa adanya regenerasi, maka bisa dipastikan organisasi tersebut hanya mampu bertahan dalam satu generasi saja. Yah, jelas saja, tanpa adanya penerus generasi, maka tidak ada proses regenerasi, yang berarti organisasi tersebut akan vakum atau bahkan akan hilang sama sekali.
Bagaimana sebenarnya proses regenerasi itu berlangsung….??? Apakah hanya sekedar perekrutan anggota saja…??? Tentu saja jawabannya tidak. Perekrutan angota merupakan langkah awal dalam mempersiapkan generasi yang selanjutnya. Nah, dalam proses inilah, dimana generasi baru yang akan dipersiapkan melanjutkan jalannya roda kepengurusan digembleng dan didik bagaimana caranya menjalankan organisasi itu. Tahap demi tahap diprogramkan untuk anggotanya supaya mendapatkan porsi keilmuan dan pengetahuan yang sama. Tahap berikutnya merupakan pengembangan diri (soft skill) dari anggotanya untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih.
Peran penting anggota yang sudah lebih dulu berperan dalam organisasi atau yang lebih familiar disebut senior juga berperan penting. Selain wajib mentransfer keilmuannya, para senior ini juga wajib dalam mengontrol juniornya supaya tetap terarah dan berjalan sesuai dengan program organisasi yang sedang dijalankan. Para junior (anggota baru) juga sebaiknya jangan malu bertanya kepada para seniornya.
Sebuah kekhawatiran lain yang muncul adalah, ketika para junior (anggota baru) bertanya kepada senior yang tidak tahu (kurang menguasai), namun karena merasa diri senior maka sang senior menjadi sok tahu dan mentransfer ilmu yang juga asal-asalan, hingga akhirnya si junior juga akhinya menjadi sok tahu. Nah, disinilah bagaimana si anggota baru harus bisa beradaptasi dan menilai, senior mana yang harus didekati untuk mendapatkan ilmu. Dan para senior pun, jika memang kurang menguasai atau kurang memahami, sebaiknya merekomendasikan juniornya untuk bertanya kepada senior yang lebih berkompeten (yang lebih memahami).
Keterbukaan diri dan mau mengevaluasi diri sendiri juga menjadi sebuah factor penentu jika ingin maju dan berkembang, terutama dalam pengelolaan soft skill yang dimiliki. Nah, jika sudah begini, maka tidak akan sulit untuk mempersiapkan regenerasi yang akan meneruskan jalannya roda kepengurusan organisasi.
Semoga bermanfaat.
Apa yang sebenarnya menjadi kendala dalam setiap organisasi untuk terus berkembang? Mungkin sebuah pertanyaan yang cukup sederhana, tapi dapat menimbulkan banyak pendapat dan argument yang berbeda pula. Masalah klasik yang sering timbul dan menjadi kekhawatiran dalam setiap organisasi pada umumnya adalah masalah regenerasi. Tidak dapat dipungkiri, bahwa tanpa adanya regenerasi, maka bisa dipastikan organisasi tersebut hanya mampu bertahan dalam satu generasi saja. Yah, jelas saja, tanpa adanya penerus generasi, maka tidak ada proses regenerasi, yang berarti organisasi tersebut akan vakum atau bahkan akan hilang sama sekali.
Bagaimana sebenarnya proses regenerasi itu berlangsung….??? Apakah hanya sekedar perekrutan anggota saja…??? Tentu saja jawabannya tidak. Perekrutan angota merupakan langkah awal dalam mempersiapkan generasi yang selanjutnya. Nah, dalam proses inilah, dimana generasi baru yang akan dipersiapkan melanjutkan jalannya roda kepengurusan digembleng dan didik bagaimana caranya menjalankan organisasi itu. Tahap demi tahap diprogramkan untuk anggotanya supaya mendapatkan porsi keilmuan dan pengetahuan yang sama. Tahap berikutnya merupakan pengembangan diri (soft skill) dari anggotanya untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih.
Peran penting anggota yang sudah lebih dulu berperan dalam organisasi atau yang lebih familiar disebut senior juga berperan penting. Selain wajib mentransfer keilmuannya, para senior ini juga wajib dalam mengontrol juniornya supaya tetap terarah dan berjalan sesuai dengan program organisasi yang sedang dijalankan. Para junior (anggota baru) juga sebaiknya jangan malu bertanya kepada para seniornya.
Sebuah kekhawatiran lain yang muncul adalah, ketika para junior (anggota baru) bertanya kepada senior yang tidak tahu (kurang menguasai), namun karena merasa diri senior maka sang senior menjadi sok tahu dan mentransfer ilmu yang juga asal-asalan, hingga akhirnya si junior juga akhinya menjadi sok tahu. Nah, disinilah bagaimana si anggota baru harus bisa beradaptasi dan menilai, senior mana yang harus didekati untuk mendapatkan ilmu. Dan para senior pun, jika memang kurang menguasai atau kurang memahami, sebaiknya merekomendasikan juniornya untuk bertanya kepada senior yang lebih berkompeten (yang lebih memahami).
Keterbukaan diri dan mau mengevaluasi diri sendiri juga menjadi sebuah factor penentu jika ingin maju dan berkembang, terutama dalam pengelolaan soft skill yang dimiliki. Nah, jika sudah begini, maka tidak akan sulit untuk mempersiapkan regenerasi yang akan meneruskan jalannya roda kepengurusan organisasi.
Semoga bermanfaat.
Rechta jaya
BalasHapus